Persalinan atau melahirkan menjadi sesi yang mempertaruhkan segalanya bagi seorang ibu. Ada banyak kondisi yang terkadang muncul dan menjadi penyebab proses tersebut terhambat, hingga mengancam nyawa bagi ibu dan bayi. Seperti emboli air ketuban (emboli cairan amnion).
Emboli cairan amnion adalah suatu kondisi di mana cairan ketuban, sel-sel janin, rambut, atau zat lain memasuki aliran darah ibu melalui dasar plasenta yang kemudian masuk ke dalam rahim. Berbagai cairan dan zat ini dapat menyebabkan reaksi seperti alergi, sampai menyebabkan kegagalan sistem organ-organ.
6 Faktor Penyebab Terjadinya Komplikasi Emboli Air Ketuban
Kondisi ini sebenarnya bisa saja terjadi selama kehamilan. Tetapi, umumnya terjadi selama atau segera setelah proses kelahiran. Emboli cairan ketuban merupakan komplikasi obstetrik yang sulit didiagnosis. Beberapa wanita selamat tanpa komplikasi jangka panjang. Hanya saja ada risiko masalah neurologis yang disebabkan kurangnya aliran oksigen ke otak.
Apa saja faktor yang memicu seorang ibu mengalami emboli air ketuban? Berikut faktor-faktor yang paling umum.
- Kehamilan di Usia 35 Tahun ke Atas
Keguguran dan komplikasi emboli ketuban berisiko tinggi atau terjadi lebih besar pada perempuan yang sudah memasuki usia di atas 35 tahun. Hal ini disebabkan pertambahan secara alami usia ovarium yang mana cenderung melepaskan lebih banyak sel telur di setiap bulannya.
- Komplikasi Plasenta
Faktor penyebab lainnya yaitu akibat masalah plasenta. Masalah pada plasenta membuat kondisi kerja sangat berbahaya dan mempengaruhi organ penting. Adanya kelainan plasenta seperti sebagian atau seluruh plasenta yang menutupi serviks (leher rahim) menimbulkan masalah berupa asupan oksigen dan nutrisi yang tidak sesuai.
Pada akhirnya menyebabkan keterbatasan pertumbuhan janin.
- Preeklampsia
Selanjutnya, faktor yang memicu emboli cairan ketuban adalah karena mengalami preeklamsia dengan gejala tekanan darah tinggi dan peningkatan protein urin setelah usia kehamilan 20 minggu. Pasalnya, kondisi ini bisa meningkatkan risiko komplikasi emboli ketuban.
- Kelahiran Melalui Operasi Caesar
Operasi caesar dapat meningkatkan risiko. Ini karena penggunaan berbagai alat tambahan untuk proses persalinan caesar yang bisa menghancurkan penghalang fisik antara ibu dan bayi, lebih tepatnya menghancurkan kantung ketuban.
- Melakukan Induksi Persalinan
Salah satu metode yang banyak dipilih dalam proses melahirkan adalah dengan suntikan induksi. Seperti menyuntikkan oksitosin ke bagian paha dengan tujuan mengkontraksikan organ rahim.
Melakukan induksi dalam waktu 30 menit sebelum melahirkan dapat meningkatkan risiko. Oleh karenanya, sebaiknya diskusikan secara matang bersama dokter mengenai cara pelaksanaannya sebelum mengambil keputusan induksi.
- Komplikasi Kehamilan Polihidramnion
Secara umum, emboli cairan ketuban diperkirakan terjadi dalam waktu 30 menit setelah melahirkan dengan kondisi kehamilan polihidramnion. Polihidramnion sendiri sudah mempengaruhi rahim dan dapat meningkatkan risiko komplikasi, baik saat kehamilan, maupun proses persalinan.
Polihidramnion adalah suatu kondisi di mana bayi memiliki terlalu banyak cairan ketuban.
Penanganan Emboli Air Ketuban
Pada penanganannya, semua akan melihat kondisi dari ibu dan bayi. Dokter bersama tim medis bisa saja memberi tindakan yang mendadak. Secara umum cara penanganannya berupa:
Penanganan pada Ibu
Perawatan yang diberikan kepada ibu ditujukan untuk mencegah keparahan gejala dan mencegah koma yang menyebabkan kematian. Dokter akan memberikan asupan oksigen atau respirator oksigen untuk memastikan ibu mendapatkan oksigen yang cukup.
Ini penting karena karena sama juga dengan memberikan oksigen yang cukup untuk bayi. Dalam beberapa kasus, transfusi darah bisa dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang dalam jumlah besar.
Penanganan pada Bayi
Selama persalinan dengan kondisi emboli air ketuban dokter akan terus memantau kondisi bayi. Biasanya, bayi baru dilahirkan setelah kondisi fisik sang ibu sudah cukup stabil. Cara ini pun bertujuan untuk meningkatkan peluang kelangsungan hidup bayi. Namun, setelah itu, bayi biasanya harus dirawat lebih intensif oleh dokter atau tim medis di ruang perawatan intensif.