Mengenal Bibir Sumbing pada Bayi dan Pencegahannya

Bibir sumbing merupakan kelainan pada bayi yang membuat mulut terlihat memiliki celah dan langit-langit. Di Indonesia, bibir sumbing menjadi kasus kelainan yang umum terjadi dengan jumlah 150 ribu kasus per tahunnya. Meski merupakan kelainan yang umum, bibir sumbing pada bayi dapat diketahui sejak masih dalam kandungan serta bisa diperbaiki saat bayi sudah lahir.

Penjelasan di bawah ini akan memberikan gambaran untuk Anda mengenai hal-hal seputar bibir sumbing.

Mengenal Bibir Sumbing

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bibir sumbing membuat mulut terlihat memiliki celah. Terjadinya bibir sumbing pada bayi merupakan akibat dari penyatuan jaringan pembentuk bibir yang tidak sempurna pada janin saat usia 4-7 minggu. Ketidaksempurnaan pembentukan bibir bayi ini bisa terjadi pada satu sisi atau dua sisi bibir, dan pada langit-langit mulut. 

Penyebab Bibir Sumbing

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya bibir sumbing pada bayi, yaitu:

  1. Kurangnya nutrisi, khususnya asam folat
  2. Obesitas atau kelebihan 
  3. Merokok saat masa kehamilan
  4. Penyalahgunaan zat tertentu
  5. Efek obat pereda epilesi seperti sodium valproate, fenobrbital, benzodiazepin, atau phenytoin.  
  6. Memiliki riwayat keluarga penderita bibir sumbing sebelumnya.
  7. Penyakit saat bersalin seperti sindrom DiGeorge (kelainan genetik yang membuat bagian tubuh tertentu tidak berkembang dengan baik) atau sindrom Pierre Robin (kelainan yang menyebabkan micrognathia, sumbing, atau glossopitosis).

Baca juga: Mainan anak perempuan

Apa Saja Komplikasi yang Akan Dialami Penderita Bibir Sumbing?

Bibir sumbing dapat menyebabkan gangguan kepada penderitanya. Gangguan yang dialami tergantung dari letak dan keparahan bibir sumbing. Adapun gangguan yang dimaksud yaitu:

  1. Kesulitan untuk menelan makanan.
  2. Infeksi telinga dan gangguan pendegaran.
  3. Bibir sumbing yang terjadi di gusi bagian atas dpaat mengganggu pertumbuhan gigi.
  4. Kesulitan untuk berbicara. Langit-langit yang terbelah membuat suara seperti tertahan di hidung.
  5. Beberapa anak mungkin akan mengalami masalah sosial, emosional, dan perilaku karena merasa minder dengan kondisinya.

Penanganan Bibir Sumbing

Bibir sumbing bisa diperbaiki dengan dua kali operasi. Operasi pertama dilakukan pada bayi pada usia 3-6 bulan untuk mendekatkan bibir. Operasi kedua bisa dilakukan pada bayi setelah usia 6 bulan.

Adapun beberapa metode yang umumnya dilakukan untuk menyatukan bibir sumbing yaitu lip-taping untuk mempersempit celah, nasal elevator untuk mengembalikan hidung ke posisi dan bentuk yang benar, serta nasal-aveolar molding (NAM) untuk membantu jaringan bibir agar memiliki posisi yang baik.

Bila sumbing terjadi pada langit-langit, operasi disarankan mulai usia 1 tahun. Operasi langit-langit dilakukan dengan membuatkan langit-langit mulut serta memberikan tabung khusus untuk mencegah cairan menumpuk ke telinga tengah.  

Bagaimana Mencegah Bibir Sumbing?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh para wanita agar bayi tidak mengalami bibir sumbing, yaitu:

  1. Cukupi Kebutuhan Folat dan Vitamin 

Salah satu penyebab bayi terlahir sumbing adalah kurnagnya asupan folat sebagau nutrisi penting pertumbuhan janin. Oleh karena itu, ibu prlu mencukupi kobeutuhan folat dengan konsumsi makanan seperti brokoli, kacang-kacangan, atau telur. Selain itu, penting juga untuk berkonsultasi dengan dokter agar diberikan vitamin prenatal

  1. Hindari Tembakau dan Alkohol

Ibu hamil wajib menghindari tembakau dan konsumsi minuman beralkohol. Sebab, banyak penelitian telah membuktika bahwa keduanya merupakan substansi yang dapat meningkatkan risiko bayi terlahir sumbing.   

  1. Konsultasi Genetik 

Konsultasi genetik merupakan cara lain untuk mengantisipasi kelahiran bayi sumbing. Dengan konsultasi genetik, Anda yang memiliki riwayat keluarga penderita bibir sumbing bisa mengetahui seberapa besar kemungkinan untuk memiliki anak dengan kelainan yang sama.

Demikianlah penjelasan mengenai bibir usmbing pada bayi mulai dari penyebab, komplikasi, penanganan, hingga pencegahannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *